Selasa, 24 Februari 2015

Dampak Positif :
1. Internet sebagai media komunikasi :
merupakan fungsi internet yang paling banyak digunakan dimana setiap pengguna internet dapat berkomunikasi dengan pengguna lainnya dari seluruh dunia.
2. Media pertukaran data :
dengan menggunakan email, newsgroup, ftp dan www (world wide web : jaringan situs-situs web) para pengguna internet di seluruh dunia dapat saling bertukar informasi dengan cepat dan murah.
3. Media untuk mencari informasi atau data :
perkembangan internet yang pesat, menjadikan www sebagai salah satu sumber informasi yang penting dan akurat.
4. Kemudahan memperoleh informasi:
kemudahan untuk memperoleh informasi yang ada di internet banyak membantu manusia sehingga manusia tahu apa saja yang terjadi. Selain itu internet juga bisa digunakan sebagai lahan informasi untuk bidang pendidikan, kebudayaan, dan lain-lain.
6. Kemudahan bertransaksi dan berbisnis dalam bidang perdagangan :
Dengan kemudahan ini, membuat kita tidak perlu pergi menuju ke tempat penawaran/penjualan karena dapat di lakukan lewat internet.
Dampak Negatif :
1. Pornografi
Anggapan yang mengatakan bahwa internet identik dengan pornografi, memang tidak salah. Dengan kemampuan penyampaian informasi yang dimiliki internet, pornografi pun merajalela.Untuk mengantisipasi hal ini, para produsen browser melengkapi program mereka dengan kemampuan untuk memilih jenis home-page yang dapat di-akses.Di internet terdapat gambar-gambar pornografi dan kekerasan yang bisa mengakibatkan dorongan kepada seseorang untuk bertindak kriminal.
2. Violence and Gore
Kekejaman dan kesadisan juga banyak ditampilkan. Karena segi bisnis dan isi pada dunia internet tidak terbatas, maka para pemilik situs menggunakan segala macam cara agar dapat menjual situs mereka. Salah satunya dengan menampilkan hal-hal yang bersifat tabu.
3. Penipuan
Hal ini memang merajalela di bidang manapun. Internet pun tidak luput dari serangan penipu. Cara yang terbaik adalah tidak mengindahkan hal ini atau mengkonfirmasi informasi yang Anda dapatkan pada penyedia informasi tersebut.
4. Carding
Karena sifatnya yang real time(langsung), cara belanja dengan menggunakan Kartu kredit adalah carayang paling banyak digunakan dalam dunia internet. Para penjahat internet pun paling banyak melakukan kejahatan dalam bidang ini. Dengan sifat yang terbuka, para penjahat mampu mendeteksi adanya transaksi (yang menggunakan Kartu Kredit) on-line dan mencatat kode Kartu yang digunakan. Untuk selanjutnya mereka menggunakan data yang mereka dapatkan untuk kepentingan kejahatan mereka.
5. Perjudian
Dampak lainnya adalah meluasnya perjudian. Dengan jaringan yang tersedia, para penjudi tidak perlu pergi ke tempat khusus untuk memenuhi keinginannya. Anda hanya perlu menghindari situs seperti ini, karena umumnya situs perjudian tidak agresif dan memerlukan banyak persetujuan dari pengunjungnya.
Secara garis besar dampak negatif internet adalah :
  • Mengurangi sifat sosial manusia karena cenderung lebih suka berhubungan lewat internet daripada bertemu secara langsung (face to face).
  • Dari sifat sosial yang berubah dapat mengakibatkan perubahan pola masyarakat dalam berinteraksi.
  • Kejahatan seperti menipu dan mencuri dapat dilakukan di internet (kejahatan juga ikut berkembang).
  • Bisa membuat seseorang kecanduan, terutama yang menyangkut pornografi dan dapat menghabiskan uang karena hanya untuk melayani kecanduan tersebut

Pengertian Disiplin dan Penerapannya Bagi Siswa Sekolah






Pengertian Disiplin
Dalam arti luas kedisiplinan adalah cermin kehidupan masyarakat bangsa. Maknanya, dari gambaran tingkat kedisiplinan suatu bangsa akan dapat dibayangkan seberapa tingkatantinggi rendahnya budaya bangsa yang dimilikinya. Sementara itu cerminan kediplinan mudah terlihat pada tempat-tempat umum, lebih khusus lagi pada sekolah-sekolah dimana banyaknya pelanggaran tata tertib sekolah yang dilakukan oleh siswa-siswa yang kurang disiplin.
Menurut Johar Permana, Nursisto (1986:14), Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dan serangkaian perilaku yang menunjukkan  nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban.

Disiplin Siswa di Sekolah
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita dengar orang mengatakan bahwa si X adalah orang yang memiliki disiplin yang tinggi, sedangkan si Y orang yang kurang disiplin. Sebutan orang yang memiliki disiplin tinggi biasanya tertuju kepada orang yang selalu hadir tepat waktu, taat terhadap aturan, berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku, dan sejenisnya. Sebaliknya, sebutan orang yang kurang disiplin biasanya ditujukan kepada orang yang kurang atau tidak dapat menaati peraturan dan ketentuan berlaku, baik yang bersumber dari masyarakat (konvensi-informal), pemerintah atau peraturan yang ditetapkan oleh suatu lembaga tertentu (organisasional-formal).
Seorang siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak akan lepas dari berbagai peraturan dan tata tertib yang diberlakukan di sekolahnya, dan setiap siswa dituntut untuk dapat berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolahnya. Kepatuhan dan ketaatan siswa terhadap berbagai aturan dan tata tertib yang yang berlaku di sekolahnya itu biasa disebut disiplin siswa. Sedangkan peraturan, tata tertib, dan berbagai ketentuan lainnya yang berupaya mengatur perilaku siswa disebut disiplin sekolah. Disiplin sekolah adalah usaha sekolah untuk memelihara perilaku siswa agar tidak menyimpang dan dapat mendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan norma, peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah. Menurut Wikipedia(1993:115) bahwa disiplin sekolah “refers to students complying with a code of behavior often known as the school rules”. Yang dimaksud dengan aturan sekolah (school rule)tersebut, seperti aturan tentang standar berpakaian (standards of clothing), ketepatan waktu, perilaku sosial dan etika belajar/kerja. Pengertian disiplin sekolah kadangkala diterapkan pula untuk memberikan hukuman (sanksi) sebagai konsekuensi dari pelanggaran terhadap aturan, meski kadangkala menjadi kontroversi dalam menerapkan metode pendisiplinannya, sehingga terjebak dalam bentuk kesalahan perlakuan fisik (physical maltreatment) dan kesalahan perlakuan psikologis (psychological maltreatment), sebagaimana diungkapkan oleh Irwin A. Hyman dan Pamela A. Snock dalam bukunya “Dangerous School” (1999).
Berkenaan dengan tujuan disiplin sekolah, Maman Rachman (1999:83) mengemukakan bahwa tujuan disiplin sekolah adalah :
(1) memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang, (2) mendorong siswa melakukan yang baik dan benar, (3) membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan menjauhi melakukan hal-hal yang dilarang oleh sekolah, dan (4) siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat baginya serta lingkungannya.
Sementara itu, dengan mengutip pemikiran Moles, Joan Gaustad (1992:24) mengemukakan:
School discipline has two main goals: (1) ensure the safety of staff and students, and (2) create an environment conducive to learning”. Sedangkan Wendy Schwartz (2001) menyebutkan bahwa “the goals of discipline, once the need for it is determined, should be to help students accept personal responsibility for their actions, understand why a behavior change is necessary, and commit themselves to change.
Hal senada dikemukakan oleh Wikipedia (1993:119) bahwa tujuan disiplin sekolah adalah untuk menciptakan keamanan dan lingkungan belajar yang nyaman terutama di kelas. Di dalam kelas, jika seorang guru tidak mampu menerapkan disiplin dengan baik maka siswa mungkin menjadi kurang termotivasi dan memperoleh penekanan tertentu, dan suasana belajar menjadi kurang kondusif untuk mencapai prestasi belajar siswa.
Keith Devis mengatakan, “Discipline is management action to enforce organization standarts” dan oleh karena itu perlu dikembangkan disiplin preventif dan korektif. Disiplin preventif, yakni upaya menggerakkan siswa mengikuti dan mematuhi peraturan yang berlaku. Dengan hal itu pula, siswa berdisiplin dan dapat memelihara dirinya terhadap peraturan yang ada. Disiplin korektif, yakni upaya mengarahkan siswa untuk tetap mematuhi peraturan. Bagi yang melanggar diberi sanksi untuk memberi pelajaran dan memperbaiki dirinya sehingga memelihara dan mengikuti aturan yang ada.
Membicarakan tentang disiplin sekolah tidak bisa dilepaskan dengan persoalan perilaku negatif siswa. Perilaku negatif yang terjadi di kalangan siswa remaja pada akhir-akhir ini tampaknya sudah sangat mengkhawarirkan, seperti: kehidupan sex bebas, keterlibatan dalam narkoba, gang motor dan berbagai tindakan yang menjurus ke arah kriminal lainnya, yang tidak hanya dapat merugikan diri sendiri, tetapi juga merugikan masyarakat umum. Di lingkungan internal sekolah pun pelanggaran terhadap berbagai aturan dan tata tertib sekolah masih sering ditemukan yang merentang dari pelanggaran tingkat ringan sampai dengan pelanggaran tingkat tinggi, seperti : kasus bolos, perkelahian, nyontek,perampasan, pencurian dan bentuk-bentuk penyimpangan perilaku lainnya. Tentu saja, semua itu membutuhkan upaya pencegahan dan penanggulangganya, dan di sinilah arti penting disiplin sekolah. Perilaku siswa terbentuk dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor lingkungan, keluarga dan sekolah. Tidak dapat dipungkiri bahwa sekolah merupakan salah satu faktor dominan dalam membentuk dan mempengaruhi perilaku siswa. Di sekolah seorang siswa berinteraksi dengan para guru yang mendidik dan mengajarnya. Sikap, teladan, perbuatan dan perkataan para guru yang dilihat dan didengar serta dianggap baik oleh siswa dapat meresap masuk begitu dalam ke dalam hati sanubarinya dan dampaknya kadang-kadang melebihi pengaruh dari orang tuanya di rumah. Sikap dan perilaku yang ditampilkan guru tersebut pada dasarnya merupakan bagian dari upaya pendisiplinan siswa di sekolah.
Brown dan Brown (1973;115)mengelompokkan beberapa penyebab perilaku siswa yang indisiplin, sebagai berikut :
  1. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh guru
  2. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh sekolah; kondisi sekolah yang kurang menyenangkan, kurang teratur, dan lain-lain dapat menyebabkan perilaku yang kurang atau tidak disiplin.
  3. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh siswa , siswa yang berasal dari keluarga yang broken home.
  4. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh kurikulum, kurikulum yang tidak terlalu kaku, tidak atau kurang fleksibel, terlalu dipaksakan dan lain-lain bisa menimbulkan perilaku yang tidak disiplin, dalam proses belajar mengajar pada khususnya dan dalam proses pendidikan pada umumnya.
Sehubungan dengan permasalahan di atas, seorang guru harus mampu menumbuhkan disiplin dalam diri siswa, terutama disiplin diri. Dalam kaitan ini, guru harus mampu melakukan hal-hal sebagai berikut :
  1. Membantu siswa mengembangkan pola perilaku untuk dirinya; setiap siswa berasal dari latar belakang yang berbeda, mempunyai karakteristik yang berbeda dan kemampuan yang berbeda pula, dalam kaitan ini guru harus mampu melayani berbagai perbedaan tersebut agar setiap siswa dapat menemukan jati dirinya dan mengembangkan dirinya secara optimal.
  2. Membantu siswa meningkatkan standar prilakunya karena siswa berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda, jelas mereka akan memiliki standard prilaku tinggi, bahkan ada yang mempunyai standard prilaku yang sangat rendah. Hal tersebut harus dapat diantisipasi oleh setiap guru dan berusaha meningkatkannya, baik dalam proses belajar mengajar maupun dalam pergaulan pada umumnya.
  3. Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat; di setiap sekolah terdapat aturan-aturan umum. Baik aturan-aturan khusus maupun aturan umum. Perturan-peraturan tersebut harus dijunjung tinggi dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, agar tidak terjadi pelanggaran-pelanggaran yang mendorong perilaku negatif atau tidak disiplin.
Selanjutnya, Brown dan Brown (1973;122) mengemukakan pula tentang pentingnya disiplin dalam proses pendidikan dan pembelajaran untuk mengajarkan hal-hal sebagai berikut :
  1. Rasa hormat terhadap otoritas/ kewenangan; disiplin akan menyadarkan setiap siswa tentang kedudukannya, baik di kelas maupun di luar kelas, misalnya kedudukannya sebagai siswa yang harus hormat terhadap guru dan kepala sekolah.
  2. Upaya untuk menanamkan kerja sama; disiplin dalam proses belajar mengajar dapat dijadikan sebagai upaya untuk menanamkan kerjasama, baik antara siswa, siswa dengan guru, maupun siswa dengan lingkungannya.
  3. Kebutuhan untuk berorganisasi; disiplin dapat dijadikan sebagai upaya untuk menanamkan dalam diri setiap siswa mengenai kebutuhan berorganisasi.
  4. Rasa hormat terhadap orang lain; dengan ada dan dijunjung tingginya disiplin dalam proses belajar mengajar, setiap siswa akan tahu dan memahami tentang hak dan kewajibannya, serta akan menghormati dan menghargai hak dan kewajiban orang lain.
  5. Kebutuhan untuk melakukan hal yang tidak menyenangkan; dalam kehidupan selalu dijumpai hal yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan. Melalui disiplin siswa dipersiapkan untuk mampu menghadapi hal-hal yang kurang atau tidak menyenangkan dalam kehidupan pada umumnya dan dalam proses belajar mengajar pada khususnya.
  6. memperkenalkan contoh perilaku tidak disiplin; dengan memberikan contoh perilaku yang tidak disiplin diharapkan siswa dapat menghindarinya atau dapat membedakan mana perilaku disiplin dan yang tidak disiplin.
Sementara itu, Reisman dan Payne (E. Mulyasa, 2003:15) mengemukakan strategi umum merancang disiplin siswa, yaitu : (1) konsep diri; untuk menumbuhkan konsep diri siswa sehingga siswa dapat berperilaku disiplin, guru disarankan untuk bersikap empatik, menerima, hangat dan terbuka; (2) keterampilan berkomunikasi; guru terampil berkomunikasi yang efektif sehingga mampu menerima perasaan dan mendorong kepatuhan siswa; (3) konsekuensi-konsekuensi logis dan alami; guru disarankan dapat menunjukkan secara tepat perilaku yang salah, sehingga membantu siswa dalam mengatasinya; dan memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari perilaku yang salah; (4) klarifikasi nilai; guru membantu siswa dalam menjawab pertanyaannya sendiri tentang nilai-nilai dan membentuk sistem nilainya sendiri; (5) analisis transaksional; guru disarankan guru belajar sebagai orang dewasa terutama ketika berhadapan dengan siswa yang menghadapi masalah; (6) terapi realitas; sekolah harus berupaya mengurangi kegagalan dan meningkatkan keterlibatan. Guru perlu bersikap positif dan bertanggung jawab; dan (7) disiplin yang terintegrasi; metode ini menekankan pengendalian penuh oleh guru untuk mengembangkan dan mempertahankan peraturan; (8 ) modifikasi perilaku; perilaku salah disebabkan oleh lingkungan. Oleh karena itu, dalam pembelajaran perlu diciptakan lingkungan yang kondusif; (9) tantangan bagi disiplin; guru diharapkan cekatan, sangat terorganisasi, dan dalam pengendalian yang tegas.
Pendekatan ini mengasumsikan bahwa peserta didik akan menghadapi berbagai keterbatasan pada hari-hari pertama di sekolah, dan guru perlu membiarkan mereka untuk mengetahui siapa yang berada dalam posisi sebagai pemimpin.
  • Manusia cenderung takut kepada sesuatu yang tidak dikenalnya. Seperti AIDS di tahun 80-an merupakan momok bagi orang banyak, sekarang dunia gelisah mendengar penyakit Ebola. Sebaiknya kita memiliki pengetahuan tentang suatu penyakit yang baru sehingga kita dapat mengenali dan terutama menghindarinya. Di bawah ini saya kumpulkan beberapa informasi tentang Ebola.
  • Apa itu Ebola?

    Menurut CDC (Centers for Disease Control and Prevention), sebuah badan milik pemerintah AS yang bekerja menanggulangi dan mencegah penyakit, Ebola adalah penyakit demam berdarah (dapat mencapai 38.6 derajat Celsius) diiringi sakit kepala, muntah-muntah, sakit perut, seluruh badan terasa nyeri, memar dan pendarahan tanpa sebab. Melihat gejala awalnya, penyakit ini mirip penyakit flu, namun kelanjutannya lebih ganas. Perbedaan penyakit ini dengan penyakit demam berdarah (dengue fever) yang pernah kita kenal adalah virus Ebola disebarkan oleh kelelawar, sedangkan virus demam berdarah disebarkan oleh nyamuk. Virus Ebola dapat menyerang manusia dan juga kera. Virus ini tidak dapat menyebar melalui udara, cara penularannya lebih seperti virus HIV penyebab AIDS, yaitu melalui darah dan cairan tubuh.
  • Asal muasal

    Penyakit ini ditemukan pada tahun 1976 dekat sungai Ebola di Afrika Barat, tepatnya di Kongo, negaranya Idi Amin. Pada saat ini, negara-negara di Afrika yang banyak terjangkit Ebola adalah Guinea, Liberia, Nigeria dan Sierra Leone.
  • Di Indonesia

    Sejauh ini belum ditemukan warga Indonesia yang terkena Ebola, namun bukan berarti kita boleh lengah. Pada bulan November 2012 koran online Indonesia berbahasa Inggris, The Jakarta Post, mengabarkan bahwa para peneliti dari Universitas Airlangga menemukan virus Ebola di antara beberapa orang utan Kalimantan. Kemungkinan virus ini disebarkan oleh babi hutan.
  • Di AS

    Meski telah dilakukan pencegahan dengan menyaring para pendatang dari luar negeri, terutama yang baru kembali atau datang dari negara-negara di Afrika Barat, untuk dikarantina bila mereka dicurigai mengidap Ebola, tetap saja AS kecolongan. Seorang wartawan yang bekerja di Liberia, Ashoka Mukpo, pulang membawa penyakit ini. Pada saat ini dia dirawat di ruang terisolasi di rumah sakit Omaha, Nebraska. Ayah Ashoka, Dr Mitchell Levy, mengatakan bahwa anaknya tidak tahu pasti bagaimana dia ketularan. Kemungkinan ketika dia menyemprot untuk membersihkan sesuatu yang sudah terkontaminasi, virus itu tersemprot balik ke mukanya. Kepadanya diberikan pengobatan yang masih diuji coba kemanjurannya, yang pernah diberikan kepada seorang penderita Ebola lain dan ternyata menolong.
  • Korban Ebola

    Sejauh ini ada 210 petugas kesehatan di Afrika yang meninggal gara-gara Ebola. Karena itu di AS akhir bulan September lalu, 1000 perawat di Las Vegas melakukan protes dengan berbaring di trotoar depan Hotel Bellagio dan melingkari tubuhnya dengan goresan kapur meniru cara polisi menandai lokasi korban. Mereka menganggap pemerintah AS tidak bertindak cukup keras untuk menghalangi masuknya virus Ebola ke negeri ini.
  • Pencegahannya

    AS menganjurkan warganya untuk sedapat mungkin menghindari perjalanan ke negara-negara di mana penyakit Ebola sedang berjangkit. Tetapi bila terpaksa juga berkunjung ke sana, dianjurkan untuk melakukan hal-hal berikut ini:
    • Sering mencuci tangan atau memakai pembersih anti bakteri.
    • Hindari kontak dengan darah atau lendir, terutama dari orang yang sakit.
    • Jangan sentuh barang-barang yang pernah terkena darah atau lendir orang yang tertular.
    • Jangan menyentuh jenazah orang yang mati karena Ebola.
    • Jangan menyentuh kelelawar, babi hutan atau monyet, darah atau lendirnya dan jangan makan daging hasil olahan dari hewan-hewan ini.
    • Hindari rumah sakit di mana para penderita Ebola sedang dirawat.
    • Segera ke dokter bila Anda menderita demam tinggi, sementara dalam perawatan dokter jangan mengadakan kontak dengan orang-orang yang sehat.
    Bila Anda bepergian ke luar negeri dan mengalami demam tinggi serta perasaan ingin muntah-muntah segeralah ke dokter dan minta diperiksa darah di laboratorium untuk mendeteksi apakah mengandung virus Ebola.

Mewujudkan Pendidikan Karakter Yang Berkualitas

Mewujudkan Pendidikan Karakter Yang Berkualitas
Dalam tataran teori, pendidikan karakter sangat menjanjikan bagi menjawab persoalan pendidikan di Indonesia. Namun dalam tataran praktik, seringkali terjadi bias dalam penerapannya. Tetapi sebagai sebuah upaya, pendidikan karakter haruslah sebuah program yang terukur pencapaiannya. Bicara mengenai pengukuran artinya harus ada alat ukurnya, kalo alat ukur pendidikan matematika jelas, kasih soal ujian jika nilainya diatas strandard kelulusan artinya dia bisa. Nah, bagaimana dengan pendidikan karakter?
Jika diberi soal mengenai pendidikan karakter maka soal tersebut tidak benar-benar mengukur keadaan sebenarnya. Misalnya, jika anda bertemu orang yang tersesat ditengah jalan dan tidak memiliki uang untuk melanjutkan perjalananya apa yang anda lakukan? Untuk hasil nilai ujian yang baik maka jawabannya adalah menolong orang tersebut, entah memberikan uang ataupun mengantarnya ke tujuannya. 
Pertanyaan saya, apabila hal ini benar-benar terjadi apakah akan terjadi seperti teorinya? Seperti jawaban ujian? Lalu apa alat ukur pendidikan karakter? Observasi atau pengamatan yang disertai dengan indikator perilaku yang dikehendaki. Misalnya, mengamati seorang siswa di kelas selama pelajaran tertentu, tentunya siswa tersebut tidak tahu saat dia sedang di observasi. Nah, kita dapat menentukan indikator jika dia memiliki perilaku yang baik saat guru menjelaskan, anggaplah mendengarkan dengan seksama, tidak ribut dan adanya catatan yang lengkap. Mudah bukan? Dan ini harus dibandingkan dengan beberapa situasi, bukan hanya didalam kelas saja. Ada banyak cara untuk mengukur hal ini, gunakan kreativitas anda serta kerendahan hati untuk belajar lebih maksimal agar pengukuran ini lebih sempurna.

Selasa, 17 Februari 2015

11,338 views   |   491 shares
  • Idealnya, segera setelah menikah setiap pasangan suami istri tinggal di rumah sendiri dan terpisah dari orang tua masing-masing. Tahun-tahun awal masa pernikahan akan menjadi waktu bagi Anda untuk saling menyelami lebih dalam tentang kepribadian pasangan Anda, dan melakukan penyesuaian diri yang diperlukan. Dengan tinggal di rumah yang terpisah dari orang tua, Anda akan belajar menjalani kehidupan berkeluarga Anda secara mandiri dan merasa lebih bebas dalam mengatur kehidupan keluarga Anda tanpa dibayang-bayangi oleh campur tangan pihak lain.
    Sayangnya, tidak semua pasangan dapat mewujudkan kondisi ideal seperti ini. Keadaan-keadaan tertentu seperti kondisi keuangan, keadaan keluarga dan kesehatan orang tua salah satu pasangan, ataupun situasi lainnya kadang-kadang mengharuskan Anda untuk tinggal serumah dengan orang tua Anda atau orang tua pasangan Anda setelah Anda menikah.
    Tinggal bersama orang tua salah satu pasangan serta upaya membangun hubungan yang baik dengan mereka kadang-kadang dapat menjadi tantangan yang sulit dalam kehidupan pernikahan. Hubungan antara menantu perempuan dengan orang tua suaminya atau sebaliknya antara menantu laki-laki dengan orang tua istrinya perlu disikapi secara benar. Campur tangan orang tua dari salah satu pihak adalah hal yang paling sering dianggap sebagai penyebab ketidakharmonisan hubungan seperti ini. Meskipun Anda tidak tinggal serumah dengan orang tua pasangan Anda, ketegangan hubungan semacam ini dapat Anda alami.
    Tanpa memandang keadaan maupun penyebabnya, kita dapat membangun sikap yang benar agar hubungan kita dengan orang tua pasangan kita tetap terpelihara dengan baik. Berikut ini adalah beberapa saran yang dapat Anda terapkan:
  • Rasa hormat

    Tunjukkanlah sikap yang penuh rasa hormat kepada orang tua pasangan Anda. Beri perhatian dan perlakukanlah mereka layaknya orang tua Anda sendiri. Jagalah sikap dan pembawaan Anda agar tidak menimbulkan kesan yang kurang baik dalam pandangan mereka terhadap Anda.
  • Pengertian

    Terimalah dengan penuh pengertian hal-hal yang mungkin kurang berkenan di hati Anda. Dalam beberapa hal Anda mungkin merasa tidak nyaman, namun pahamilah bahwa ketidaknyamanan tersebut terjadi secara wajar dikarenakan perbedaan kultur rumah tangga antara keluarga Anda dan keluarga pasangan Anda. Anda perlu melakukan sedikit penyesuaian.
    Bila ada hal-hal yang bersumber dari kearifan orang tua pasangan Anda yang tidak sejalan dengan pandangan Anda, sadarilah bahwa mereka tidak tumbuh dan dibesarkan sezaman dengan Anda. Pengalaman hidup merekapun berbeda jauh dengan pengalaman Anda. Pengalaman hidup mereka telah menumbuhkan keyakinan-keyakinan tertentu dalam diri mereka, dan sebagian dari keyakinan tersebut, misalnya tentang cara mengasuh anak atau hal lainnya mungkin saja tidak sesuai dengan idealisme Anda, maklumilah hal itu. Terlebih-lebih bila orang tua pasangan Anda sudah lanjut usia, kepekaan dan sensitifitas mereka sudah tidak sebaik Anda. Gunakanlah perasaan Anda untuk memahami mereka. Ingatlah bahwa suatu saat Andapun akan menjadi orang tua seperti mereka.
    Untuk hal yang berkenaan dengan anak-anak, milikilah pemahaman bahwa kakek dan nenek biasanya ingin menunjukkan kasih sayang dan perhatian yang lebih besar kepada cucu-cucu mereka dengan cara memanjakan mereka. Biarkanlah anak-anak Anda memiliki kedekatan dengan kakek-nenek mereka. Jangan menjauhkan mereka.
  • Kesan positif

    Sebagai orang tua, tentu saja mereka peduli degan kesejahteraan anak mereka yaitu pasangan Anda. Mereka telah mengorbankan banyak hal untuk mengasuh dan membesarkannya. Oleh karena itu mungkin saja ada emosi-emosi lembut dan terselubung yang mereka miliki terhadap anak mereka. Emosi semacam itu dapat berupa rasa kehilangan perhatian atau kekhawatiran lain ketika sekarang ada orang lain yang telah menjadi pusat perhatian dalam kehidupan anak mereka yaitu Anda dan anak-anak Anda.
    Bila Anda adalah menantu pria, tunjukkanlah bahwa Anda adalah seorang suami yang baik, bertanggung jawab, serta dapat diandalkan sebagai pelindung bagi anak perempuan mereka. Sebaliknya bila Anda adalah menantu perempuan, tunjukkanlah bahwa Anda adalah seorang wanita yang baik, dapat dipercaya, serta penuh kasih sayang dan perhatian bagi anak laki-laki mereka. Tunjukkan pula bahwa Anda pun menyayangi mereka. Hal ini dapat membantu mengurangi kekhawatiran-kekhawatiran semacam itu.
  • Komunikasi

    Sebisa mungkin bangunlah pola komunikasi yang terbuka antara Anda dengan orang tua pasangan Anda. Untuk meredam kemungkinan timbulnya kesalahpahaman nyatakanlah pendapat Anda secara jelas dan penuh kesantunan. Berusahalah untuk menyelami hal-hal yang menjadi keprihatinan mereka. Secara aktif mintalah saran dan nasihat dari mereka, belajarlah dari pengalaman dan kebijaksanaan mereka. Hal ini akan membantu mereka untuk merasa lebih dihargai.
  • Penyesuaian diri dengan tradisi

    Bila pernikahan Anda adalah pernikahan antarbudaya, hormatilah tradisi dan adat istiadat keluarga pasangan Anda. Bagi sebagian orang tua, penyesuaian diri terhadap adat istiadat merupakan hal yang penting. Menyelami budaya lain dapat menjadi sesuatu yang men

11,338 views   |   491 shares
  • Idealnya, segera setelah menikah setiap pasangan suami istri tinggal di rumah sendiri dan terpisah dari orang tua masing-masing. Tahun-tahun awal masa pernikahan akan menjadi waktu bagi Anda untuk saling menyelami lebih dalam tentang kepribadian pasangan Anda, dan melakukan penyesuaian diri yang diperlukan. Dengan tinggal di rumah yang terpisah dari orang tua, Anda akan belajar menjalani kehidupan berkeluarga Anda secara mandiri dan merasa lebih bebas dalam mengatur kehidupan keluarga Anda tanpa dibayang-bayangi oleh campur tangan pihak lain.
    Sayangnya, tidak semua pasangan dapat mewujudkan kondisi ideal seperti ini. Keadaan-keadaan tertentu seperti kondisi keuangan, keadaan keluarga dan kesehatan orang tua salah satu pasangan, ataupun situasi lainnya kadang-kadang mengharuskan Anda untuk tinggal serumah dengan orang tua Anda atau orang tua pasangan Anda setelah Anda menikah.
    Tinggal bersama orang tua salah satu pasangan serta upaya membangun hubungan yang baik dengan mereka kadang-kadang dapat menjadi tantangan yang sulit dalam kehidupan pernikahan. Hubungan antara menantu perempuan dengan orang tua suaminya atau sebaliknya antara menantu laki-laki dengan orang tua istrinya perlu disikapi secara benar. Campur tangan orang tua dari salah satu pihak adalah hal yang paling sering dianggap sebagai penyebab ketidakharmonisan hubungan seperti ini. Meskipun Anda tidak tinggal serumah dengan orang tua pasangan Anda, ketegangan hubungan semacam ini dapat Anda alami.
    Tanpa memandang keadaan maupun penyebabnya, kita dapat membangun sikap yang benar agar hubungan kita dengan orang tua pasangan kita tetap terpelihara dengan baik. Berikut ini adalah beberapa saran yang dapat Anda terapkan:
  • Rasa hormat

    Tunjukkanlah sikap yang penuh rasa hormat kepada orang tua pasangan Anda. Beri perhatian dan perlakukanlah mereka layaknya orang tua Anda sendiri. Jagalah sikap dan pembawaan Anda agar tidak menimbulkan kesan yang kurang baik dalam pandangan mereka terhadap Anda.
  • Pengertian

    Terimalah dengan penuh pengertian hal-hal yang mungkin kurang berkenan di hati Anda. Dalam beberapa hal Anda mungkin merasa tidak nyaman, namun pahamilah bahwa ketidaknyamanan tersebut terjadi secara wajar dikarenakan perbedaan kultur rumah tangga antara keluarga Anda dan keluarga pasangan Anda. Anda perlu melakukan sedikit penyesuaian.
    Bila ada hal-hal yang bersumber dari kearifan orang tua pasangan Anda yang tidak sejalan dengan pandangan Anda, sadarilah bahwa mereka tidak tumbuh dan dibesarkan sezaman dengan Anda. Pengalaman hidup merekapun berbeda jauh dengan pengalaman Anda. Pengalaman hidup mereka telah menumbuhkan keyakinan-keyakinan tertentu dalam diri mereka, dan sebagian dari keyakinan tersebut, misalnya tentang cara mengasuh anak atau hal lainnya mungkin saja tidak sesuai dengan idealisme Anda, maklumilah hal itu. Terlebih-lebih bila orang tua pasangan Anda sudah lanjut usia, kepekaan dan sensitifitas mereka sudah tidak sebaik Anda. Gunakanlah perasaan Anda untuk memahami mereka. Ingatlah bahwa suatu saat Andapun akan menjadi orang tua seperti mereka.
    Untuk hal yang berkenaan dengan anak-anak, milikilah pemahaman bahwa kakek dan nenek biasanya ingin menunjukkan kasih sayang dan perhatian yang lebih besar kepada cucu-cucu mereka dengan cara memanjakan mereka. Biarkanlah anak-anak Anda memiliki kedekatan dengan kakek-nenek mereka. Jangan menjauhkan mereka.
  • Kesan positif

    Sebagai orang tua, tentu saja mereka peduli degan kesejahteraan anak mereka yaitu pasangan Anda. Mereka telah mengorbankan banyak hal untuk mengasuh dan membesarkannya. Oleh karena itu mungkin saja ada emosi-emosi lembut dan terselubung yang mereka miliki terhadap anak mereka. Emosi semacam itu dapat berupa rasa kehilangan perhatian atau kekhawatiran lain ketika sekarang ada orang lain yang telah menjadi pusat perhatian dalam kehidupan anak mereka yaitu Anda dan anak-anak Anda.
    Bila Anda adalah menantu pria, tunjukkanlah bahwa Anda adalah seorang suami yang baik, bertanggung jawab, serta dapat diandalkan sebagai pelindung bagi anak perempuan mereka. Sebaliknya bila Anda adalah menantu perempuan, tunjukkanlah bahwa Anda adalah seorang wanita yang baik, dapat dipercaya, serta penuh kasih sayang dan perhatian bagi anak laki-laki mereka. Tunjukkan pula bahwa Anda pun menyayangi mereka. Hal ini dapat membantu mengurangi kekhawatiran-kekhawatiran semacam itu.
  • Komunikasi

    Sebisa mungkin bangunlah pola komunikasi yang terbuka antara Anda dengan orang tua pasangan Anda. Untuk meredam kemungkinan timbulnya kesalahpahaman nyatakanlah pendapat Anda secara jelas dan penuh kesantunan. Berusahalah untuk menyelami hal-hal yang menjadi keprihatinan mereka. Secara aktif mintalah saran dan nasihat dari mereka, belajarlah dari pengalaman dan kebijaksanaan mereka. Hal ini akan membantu mereka untuk merasa lebih dihargai.
  • Penyesuaian diri dengan tradisi

    Bila pernikahan Anda adalah pernikahan antarbudaya, hormatilah tradisi dan adat istiadat keluarga pasangan Anda. Bagi sebagian orang tua, penyesuaian diri terhadap adat istiadat merupakan hal yang penting. Menyelami budaya lain dapat menjadi sesuatu yang men